Featured Post Today
print this page
Latest Post

Hadis Tentang Ujian dan Cobaan Hidup

Pada setiap usaha pasti ada cobaan, manusia di dunia ini pasti akan mengalami susah dan senang, dimana susah itu adalah bentuk dari adanya cobaan.  Termasuk dalam setiap langkah kehidupan manusia, pasti akan ada cobaan yang datang menerpa. Ada kalanya manusia bisa bersabar dan bertahan hingga cobaan berlalu, namun banyak pula yang tidak bisa bertahan hingga terjatuh dan menyerah. Barang siapa yang mampu untuk bersabar dalam menjalani cobaan itu, maka ia akan mendapatkan kesuksesan di dunianya maupun di akhiratnya

Banyak sekali hadis-hadis tentang cobaan hidup yang menjelaskan betapa mulianya orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Dan yang perlu kita ketahui bahwa manusia pasti akan mendapatkan cobaan dalam hidupnya, baik yang berhubungan dengan nyawa, harta, keluarga, dan segala sesuatunya dalam kehidupan.

Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-Baqarah 2:155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Qs. Al-Baqarah 2:155)

Cobaan bisa datang dari manapun, seperti dahulu umat muslim diuji dengan gangguan orang kafir Quraisy, dimana mereka dipaksa untuk kembali kepada kemusyrikan.

Dari ayat di atas kita tahu bahwa setiap manusia pasti akan mendapatkan ujian dan cobaan yang akan datang pada kehidupan kita. Namun dibalik setiap ujian dan cobaan pasti ada hikmahnya, dimana hikmah ujian dan cobaan itu banyak dijelaskan dalam beberapa hadis berikut ini.

Lalu bagaimana penjelasan hadis tentang cobaan hidup itu? Apa saja hadis yang menjelaskan tentang cobaan hidup? Berikut penjelasan hadis tentang ujian dan cobaan hidup.

1. Manusia Dihapus Dosanya

Dengan cobaan, manusia akan dihapus dosa-dosanya.

مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

 “Tidaklah seorang muslim tertimpa kecelakaan, kemiskinan, kegundahan, kesedihan, kesakitan maupun keduka-citaan bahkan tertusuk duri sekalipun, niscaya Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan apa yang menimpanya itu.” (HR. Bukhari)

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

"Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta'ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya." (HR. Muslim)

2. Manusia Diangkat Derajatnya

مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً

 "Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya." (HR. Muslim)

مَا مِنْ مُصِيْبَةٍ يُصَابُ بِهَا الْمُسْلِمُ إِلَّا كُفِّرَ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا

 "Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim, melainkan dosanya dihapus oleh Allah Ta'ala karenanya, sekalipun musibah itu hanya karena tertusuk duri." (HR. Muslim)

3. Dengan cobaan dicatat Amal Kebaikan

مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ حَتَّى الشَّوْكَةِ تُصِيْبُهُ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ

 "Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan dengannya Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahannya." (HR. Muslim)

4. Ujian Setimpal Dengan Keimanan

 عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ اَلْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيْئَةٍ

Dari Sa'd bin Abu Waqash dia berkata, Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya?" beliau menjawab: "Para Nabi, kemudian kalangan selanjutnya (yang lebih utama) dan selanjutnya. Seorang hamba akan diuji sesuai kadar agamanya (keimanannya). Jika keimanannya kuat maka cobaannya pun akan semakin berat. Jika keimanannya lemah maka ia akan diuji sesuai dengan kadar imannya. Tidaklah cobaan ini akan diangkat dari seorang hamba hingga Allah membiarkan mereka berjalan di muka bumi dengan tanpa dosa." (HR. Ibnu Majah)

5. Dilipat gandakan pahala

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ فَوَضَعْتُ يَدِي عَلَيْهِ فَوَجَدْتُ حَرَّهُ بَيْنَ يَدَيَّ فَوْقَ اللِّحَافِ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ مَا أَشَدَّهَا عَلَيْكَ قَالَ إِنَّا كَذَلِكَ يُضَعَّفُ لَنَا الْبَلَاءُ وَيُضَعَّفُ لَنَا الْأَجْرُ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ اَلْأَنْبِيَاءُ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ الصَّالِحُوْنَ إِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ لَيُبْتَلَى بِالْفَقْرِ حَتَّى مَا يَجِدُ أَحَدُهُمْ إِلَّا الْعَبَاءَةَ يُحَوِّيْهَا وَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ لَيَفْرَحُ بِالْبَلَاءِ كَمَا يَفْرَحُ أَحَدُكُمْ بِالرَّخَاءِ

Dari Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata, Aku pernah menjenguk Nabi saw. ketika beliau sedang sakit panas, aku meletakkan tanganku dan aku mendapati panasnya terasa hingga di atas selimut. Aku lalu berkata, "Wahai Rasulullah, alangkah panasnya sakit yang menimpa dirimu." Beliau bersabda: "Sesungguhnya begitulah kita, ketika dilipat gandakan cobaan bagi kita maka akan dilipatgandakan pula pahalanya." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?" Beliau menjawab: "Para Nabi." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab: "Kemudian orang-orang yang shalih, salah seorang di antara mereka ada yang dicoba dengan kefakiran sehingga tidak menemukan kecuali mantel untuk dia pakai, dan ada salah seorang dari mereka yang senang dengan cobaan sebagaimana salah seorang dari kalian senang dengan kemewahan." (HR. Ibnu Majah)

6. Cobaan Berarti Cinta Allah SWT

عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

 "Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa yang ridha (menerima cobaan tersebut) maka baginya keridhaan (Allah), dan barangsiapa murka maka baginya kemurkaan (Allah)." (HR. Ibnu Majah)

7. Cobaan Mendatangkan Surga

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَقُوْلُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُوْنَ الْجَنَّةِ

 Dari Nabi saw., beliau bersabda: Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman: "Hai anak Adam, jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka Aku tidak akan meridhai bagimu sebuah pahala kecuali surga." (HR. Ibnu Majah)

8. Allah menghendaki Kebaikan

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

 “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik maka ditimpakan musibah (ujian) kepadanya.” (HR. Bukhari)

9. Hendaknya Manusia Meminta Perlindungan

تَعَوَّذُوْا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوْءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ

 "Mintalah perlindungan kepada Allah dari cobaan yang menyulitkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh." (HR. Bukhari)

10. Cobaan Adalah Sarana Mencapai Kedudukan Disisi Allah SWT

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الرَّجُلَ لِيَكُونُ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ الْمَنْزِلَةُ، فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ فَمَا يَزَالُ اللَّهُ يَبْتَلِيهِ بِمَا يَكْرَهُ، حَتَّى يُبَلِّغَهُ إِيَّاهَا

 Rasulullah Saw. bersabda, Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allâh, namun tidak ada satu amal yang bisa mengantarkannya ke sana. Maka Allâh senantiasa mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai pada kedudukannya itu. (HR. Ibnu Hibban).

Seorang pemenang pasti menemui banyak rintangan dalam menggapai kemenangannya. Cobaan dan rintangan adalah ujian, dan sejauh mana rintangan besar yang bisa ia atasi maka itulah tingkat besarnya keberhasilan yang ia capai.

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ (٢١٤)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Qs. Al-Baqarah 2: 214).

Yakinlah bahwa dibalik cobaan, ada kebahagiaan yang nikmatnya tak tergantikan. Bukankah seseorang harus rela menyelam ke dasar samudera dengan beragam rintangannya untuk mendapatkan mutiara? Salah satu bentuk cobaan adalah adanya kegagalan.

Kegagalan adalah bukti bahwa seseorang itu telah mencoba sesuatu. Orang yang tak pernah gagal dalam hidupnya berarti ia tak pernah mencoba dan berusaha.

0 komentar

Kisah tiga orang penghuni gua dan tawasul dengan amal saleh


  • Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
    Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah gua yang terdapat di perut gunung. Sekonyong-konyong jatuhlah sebuah batu besar dari atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung mereka. Kemudian sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: Ingatlah amal saleh yang pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amal tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu. Salah seorang dari mereka berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku mempunyai kedua orang tua yang telah lanjut usia, seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil di mana akulah yang memelihara mereka. Setelah aku mengandangkan hewan-hewan ternakku, aku segera memerah susunya dan memulai dengan kedua orang tuaku terdahulu untuk aku minumkan sebelum anak-anakku. 

  • Suatu hari aku terlalu jauh mencari kayu (bakar) sehingga tidak dapat kembali kecuali pada sore hari di saat aku menemui kedua orang tuaku sudah lelap tertidur. Aku pun segera memerah susu seperti biasa lalu membawa susu perahan tersebut. Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku karena tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur namun aku pun tidak ingin meminumkan anak-anakku sebelum mereka berdua padahal mereka menjerit-jerit kelaparan di bawah telapak kakiku. Dan begitulah keadaanku bersama mereka sampai terbit fajar. 

  • Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukalah sedikit celahan untuk kami agar kami dapat melihat langit. Lalu Allah menciptakan sebuah celahan sehingga mereka dapat melihat langit. Yang lainnya kemudian berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku pernah mempunyai saudara seorang puteri paman yang sangat aku cintai, seperti cintanya seorang lelaki terhadap seorang wanita. Aku memohon kepadanya untuk menyerahkan dirinya tetapi ia menolak kecuali kalau aku memberikannya seratus dinar. Aku pun bersusah payah sampai berhasillah aku mengumpulkan seratus dinar yang segera aku berikan kepadanya. Ketika aku telah berada di antara kedua kakinya (selangkangan) ia berkata: Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah kamu merenggut keperawanan kecuali dengan pernikahan yang sah terlebih dahulu. Seketika itu aku pun beranjak meninggalkannya. 

  • Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan-Mu, maka ciptakanlah sebuah celahan lagi untuk kami. Kemudian Allah pun membuat sebuah celahan lagi untuk mereka. Yang lainnya berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku pernah mempekerjakan seorang pekerja dengan upah enam belas ritel beras (padi). Ketika ia sudah merampungkan pekerjaannya, ia berkata: Berikanlah upahku! Lalu aku pun menyerahkan upahnya yang sebesar enam belas ritel beras namun ia menolaknya. Kemudian aku terus menanami padinya itu sehingga aku dapat mengumpulkan beberapa ekor sapi berikut penggembalanya dari hasil padinya itu. 

  • Satu hari dia datang lagi kepadaku dan berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu menzalimi hakku! Aku pun menjawab: Hampirilah sapi-sapi itu berikut penggembalanya lalu ambillah semuanya! Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu mengolok-olokku! Aku pun berkata lagi kepadanya: Sesungguhnya aku tidak mengolok-olokmu, ambillah sapi-sapi itu berikut penggembalanya! Lalu ia pun mengambilnya dan dibawa pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sedikit celahan lagi yang tersisa. Akhirnya Allah membukakan celahan yang tersisa itu. (Shahih Muslim No.4926)

0 komentar

Salah Satu Kunci Surga: Jauhi Iri, Hasad

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, "Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau bersabda, Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni surga."

Tak lama seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.

Esok harinya NabiSAW bersabda lagi, Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga. Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya. Demikian pula esok harinya lagi Rasulullah SAW kembali bersabda," Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surge. "

Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .

Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, "Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengizinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu."

Laki-laki itu menjawab,"Silakan."

Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut, tidak pernah mendapatinya sedang qiyamul lail. Hanya saja setiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.

Abdullah juga mengatakan, "Saya tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik."

Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amal laki-laki itu, Abdullah berkata kepadanya, "Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku. Hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, "Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga." Setiap kali beliau usai bersabda, kaulah orang yang muncul tiga kali berturut-turut. Terang saja, aku menginap di rumahmu ini karena ingin tahu amalan apa yang engkau lakukan agar aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?"

Kemudian lelaki Anshar itu menjawab,"Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa. Hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya."

Abdullah bin Amr berkata, Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya." [ ]

Sumber:Az-Zuhdu, Ibnul Mubarak, hal. 220
0 komentar

Keutamaan Rasa Takut Kepada Allah SWT


Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari mengisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw pernah ditanya oleh malaikat Jibril mengenai ihsan. Rasulullah Saw menjelaskan bahwa ihsan adalah menyembah ke Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu untuk melihat-Nya. Ketahuilah bahwa Allah melihatmu.

Berdasarkan penjelasan Rasul Saw mengenai ihsan, bagaimana dalam ibadah kita harus merasa dilihat Allah, agar terciptanya sebuah kekhusyuan dalam beribadah. Lebih jauh dari itu, bukan hanya ketika beribadah saja kita harus merasa dilihat Allah, namun dalam keadaan apapun, dimanapun dan kapanpun kita harus selalu merasa bahwa Allah melihat kita.

Adanya sebuah keyakinan dalam diri seseorang yang dimana orang tersebut selalu merasa berada dalam penglihatan Allah, maka itu adalah sebuah ciri dimana orang tersebut telah mengenal salah satu sifat Allah, yaitu Al-Bashiir atau Maha Melihat. Pengenalan terhadap sifat Allah yang Maha Melihat tersebut disertai dengan adanya sebuah keyakinan di dalam hati, maka akan timbullah rasa takut dalam diri seseorang, terutama rasa takut untuk berbuat maksiat.
Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 12 mengenai orang-orang yang takut kepada-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar".

Dalam tafsir Ibnu Katsir dikatakan bahwa Allah berfirman seraya menceritakan mengenai ciri orang-orang yang takut kepada Allah, yaitu jika ia tengah berada dalam kesendirian ataupun menyendiri dari orang lain lalu ia menahan diri dari perbuatan maksiat walaupun kesempatan untuk berbuat maksiat terbuka lebar dihadapannya. Ciri lainnya yaitu di tengah kesendirian tersebut ia pun melaksanakan berbagai ketaatan, ditempat dimana tidak diketahui oleh seorang pun keculi hanya oleh Allah semata, dan itu dilakukannya atas dasar ketakutannya kepada Allah, maka ia akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar, yakni dosa-dosanya diampuni dan diberi pahala yang banyak.

Selain itu orang yang takut kepada Allah akan mendapat naungan dari Allah SWT, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam kitab Ash-Shahihain:

"Ada tujuh golongan yang akan senantiasa dinaungi oleh Allah Yang Maha Tinggi di bawah naungan 'Arsy-Nya, pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya."

Salah satu dari tujuh golongan tersebut adalah orang yang digoda untuk berbuat maksiat oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun orang tersebut menolak dan mengatakan, "Sesungguhnya aku takut kepada Allah."

Orang yang takut kepada Allah berarti ia telah merealisasikan ihsan dalam kehidupannya, karena rasa takut tersebut hadir atas sebab ia selalu merasa berada dalam penglihatan Allah. Ketakutan kepada Allah SWT inilah yang kemudian menjadi dasar seseorang untuk meninggalkan segala kemaksiatan di dunia.

Dan sungguhlah beruntung bagi mereka yang meninggalkan segala kemaksiatan didunia atas dasar ketakutan kepada Allah, sebab Ibnul Qayyim berkata mengenai orang tersebut bahwa ketika ia meninggal dunia, maka para malaikat akan menyambutnya dengan kabar gembira dari Tuhannya berupa surga, tidak takut dan tidak pula bersedih, serta berpindah dari penjara dunia dan kesempitannya kepada taman-taman surga yang indah yang akan dinikmatinya pada hari kiamat kelak. Jika hari kiamat datang, maka ia berada dalam lindungan singgasana Tuhan. Jika mereka berjalan kehadapan Allah, maka ia akan bersanding bersama para wali Allah, bersama orang-orang yang bertakwa dan bersama kelompok orang-orang yang beruntung.

Begitulah balasan Allah bagi orang-orang yang takut kepada-Nya. Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang takut kepada Allah. Amin Ya Rabbal 'Alamin 
 
(sumber: salingsapa.com)
0 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AGAM MADANI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger